Sinergi YBM PLN dengan Bidan Cahaya dalam Menjejak Manfaat

BINCANG SIANG BARENG NGOPINI DAN KOMUNITAS BERBAGI NASI

Aktivitas Sosial: Relawan Berbagi Nasi

Rabu, 26 Oktober 2016 menjadi hari yang tak terlupakan bagi saya pribadi dan mungkin pula sebagian dari teman-teman peserta lain. Bertempat di Wisma 77 Tower 2 lantai 8 sedang diadakan diskusi ringan dengan topik menarik yang difasilitasi oleh Opini.id selaku tuan rumah, mendatangkan pembicara tamu dari Komunitas Berbagi Nasi. 

Siang itu hari cerah berawan, saya beserta seorang teman kebetulan datang terlambat, kira-kira 10 menit saat acara berlangsung. Hadir sebagai pembicara Tawakal Ade Thabrani selaku Koordinator Komunitas Berbagi Nasi Jakarta dan dipandu oleh Fajar Arif Budiman dari Gerakan Anak Muda Punya Usaha (AMPUH) sebagai pengantar diskusi. Obrolan mengalir dengan santai namun tetap interaktif di dalam ruangan yang diberi nama Mindtorium tersebut.

 Mas Tata, biasa ia disapa, menjelaskan bagaimana komunitas ini terbentuk. Kemiskinan yang terjadi saat ini masih merajalela di sekitar kita. Masih banyak di luar sana yang ternyata berada dalam kondisi kelaparan. Jangankan untuk makan dua kali dalam sehari, satu kali saja sudah dianggap mewah. Mereka ini berada pada kondisi yang memprihatinkan, sebut saja; marjinal, papa, gelandangan, pengemis, anak jalanan dan golongan lainnya di bawah garis kemiskinan. 

Berangkat dari keprihatinan inilah terdapat sekelompok anak muda yang membentuk sebuah komunitas. Komunitas berbagi nasi yang merupakan kumpulan sejumlah orang dari berbagai kalangan dari lintas generasi tanpa mengenal usia, bahu-membahu membantu lingkungan sekitar yang kekurangan dengan cara berbagi nasi bungkus secara rutin. Dana yang mereka peroleh berasal dari kantung mereka masing-masing dan sebagian lagi berasal dari bantuan para donatur. Mereka secara rutin bergerilya pada malam hari menelusuri ibukota dengan membagikan 200-400 bungkus setiap harinya.  

Mereka menyebut diri mereka dengan para pejuang nasi. Rabbani, di daerah Rawamangun menjadi tempat para pejuang untuk mengumpulkan amunisi. Istilah amunisi ini diartikan sebagai nasi yang telah dikemas untuk kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan. Alasan mereka bergerak di malam hari disebabkan karena dari situlah kita bisa melihat Jakarta yang sebenarnya. Mereka menginginkan bantuan terdistribusi dengan benar dan tepat sasaran, sebagai contoh warga miskin di bantaran kali yang hanya tidur seadanya beralaskan tanah. Setiap tanggal 14 Februari setiap tahunnya, warga dunia memperingati Hari Kasih Sayang atau dikenal dengang Valentine's Day. Momen ini tidak disia-siakan oleh komunitas untuk dideklarasikan pula sebagai Hari Nasi Sayang. Dengan sekuat tenaga tiap tahunnya berhasil membagikan 1400 bungkus kepada yang membutuhkan. 

Bagi yang ingin bergabung dan berinisatif membantu dan mendukung kegiatan komunitas ini diberi keleluasaan, asal murni dari hati dan tanpa didasari oleh motif apapun. Sekalipun diperoleh dari partai, bantuan diberikan dari kantung pribadinya, tidak diperbolehkan mengatasnamakan golongan  tertentu tanpa ada maksud dan tujuan untuk kepentingan tertentu. Sejumlah bantuan terus berdatangan. Sejak pertama kali berdiri hingga saat ini sudah terdapat 80 kota yang bergabung tersebar cukup merata di seluruh Indonesia. Motivasi yang selalu mereka tanamkan, "Berbagi Menyenangkan Tanpa Paksaan".  

Seperti teori sapu lidi, semakin erat maka akan semakin kuat. Sama halnya seperti komunitas ini, semakin banyak yang peduli untuk berbagi, hingga memasuki tahun ketiga, banyak donatur yang berbaik hati memberikan bantuan, tak hanya uang tapi juga barang. Malahan ada donatur dermawan hingga memodali sejumlah uang untuk dibelikan mobil pick-up sebagai kendaraan operasional dan tak hanya berhenti di situ, ada juga yang menyiapkan sebidang tanah untuk dijadikan rumah sebagai basecamp atau tempat berkumpul para pejuang nasi beraktivitas. 

Saya secara pribadi banyak belajar dari acara ini seperti yang mereka sampaikan bahwa mata hati adalah panca indera terbaik. Lakukan segala hal dengan sepenuh hati. Segalanya akan mengalir secara spontan asal dikerjakan dengan ikhlas akan berbuah manis dan beroleh kemudahan. Adanya hubungan sebab akibat dan seleksi alam dimana roda itu berputar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang banyak. Kita tidak dapat memungkiri dari keajaiban memberi. Sebagai penutup, dari hasil diskusi ini saya sempat mengutip ucapan Mas Tata, bahwa ada sebagian rezeki buat mereka yang tidak mampu. "Hidup tidak akan berarti, tanpa memberi arti".

Komentar