Sinergi YBM PLN dengan Bidan Cahaya dalam Menjejak Manfaat

Siap Untuk Selamat! Giat Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
BNPB Siapsiaga Bencana
"Tiarap..tiarap.. Harap tenang..harap tenang semuanya. Jangan panik!", Tetap merunduk, seru seorang petugas gedung dari lantai 12 sambil menyodorkan Horn speaker TOA kepada para penghuni gedung.
Sambil mengawal seisi gedung petugas ikut menuruni tangga 12 lantai secara perlahan-lahan begitu sirine tanda bahaya dibunyikan.

Eitss. jangan terburu-buru panik. Tetap tenang yaa. Ini hanya terjadi ketika simulasi evakuasi bencana saja kok. Hehe. Hitung-hitung shock therapy lah ya?

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Ilustrasi evakuasi simulasi bencana (dokpri)
Jadi ingat pada pepatah lama, "Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak". Ini artinya kehidupan di depan kita adalah rahasia Allah, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka.

Kalimat tadi bukan hanya kiasan belaka. Namun menjadi pengingat bagi kita semua. Tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang bisa memprediksi kapan musibah akan datang. Musibah itu tidak dapat ditawar. Kehendak Maha Kuasa telah menjadi ketetapan. Jangankan manusia alam pun berhak untuk marah.

"Kun fa ya kuun." Jika Tuhan berencana terjadi maka terjadilah. Manusia adalah makhluk lemah, tidak memiliki kemampuan mempercepat apalagi memperlambat mencegah terjadinya musibah. Manusia hanya bisa menghindar dan berusaha mengatasi jika bencana terjadi. Semua itu sudah menjadi skenario Illahi Rabbi.
Siap, untuk Selamat!

Indonesia Siaga Bencana

Indonesia merupakan negara dengan bentuk kepulauan yang terletak dari Sabang hingga ke Merauke. Secara geografis terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia. Pergerakan lempeng tersebut mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman bencana alam terutama gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.

Masih membekas dalam ingatan bagaimana gempa bumi berkekuatan 9.2 Skala Richter mengguncang negeri Serambi Mekah pada tahun 2004 yang mengakibatkan Tsunami yang meluluhlantakkan Nanggroe Aceh Darussalam. Kerugian riil maupun imateriil, kehilangan anggota keluarga, harta benda bahkan menyisakan trauma yang mendalam bagi para korban.

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Pasca Tsunami di Aceh (sumber: bnpb.go.id)
Belum lagi sederet bencana seperti letusan gunung berapi, banjir dan lainnya yang begitu bertubi-tubi terjadi dalam kurun satu dasawarsa terakhir memperlihatkan potret bahwa Indonesia tidak hanya perlu berwaspada tetapi juga siaga dalam menghadapi bencana. 

Menyadari pentingnya kesadaran masyarakat akan tanggap bencana dan bagaimana menanggulangi bahaya yang mungkin akan terjadi, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mengajak semua komponen dan lapisan masyarakat dengan menyelenggarakan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang terletak di Graha BNPB kawasan Pramuka, Jaktim yang jatuh pada 26 April 2018.

Tanggal tersebut dipilih bukan tanpa sebab, karena bertepatan pada peringatan sebelas tahun lahirnya Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Harapannya agar merubah perilaku masyarakat menuju budaya aman bencana dengan cara mengedukasi publik melalui gerakan kesiapsiagaan dari unit terkecil yaitu diri sendiri, keluarga dan komunitas. Sesuai dengan tema kegiatan tahun ini.

Seringkali masyarakat kurang aware ketika bencana terjadi sehingga berakibat pada kepanikan, kebakaran dari hubungan arus pendek, jadi acuh terhadap keselamatan lansia, anak dan balita serta penyandang difabel.

Untuk itulah perlu diberi pembekalan dengan simulasi evakuasi dan keselamatan secara mandiri atau kelompok. Dalam situasi darurat diperlukan pengambilan keputusan yang cepat agar keselamatan terjamin dan efek kerugian dapat diminimalisir.

Agenda kegiatan dimulai dari apel pagi Siaga Bencana dilanjutkan skenario beberapa demo simulasi evakuasi bencana seperti penggunaan Fire Block dan APAR, Penyelamatan dan Evakuasi anak-anak Day Care, Pemotongan Jeruji Dengan Cutter, Evakuasi Penyelamatan Luar Gedung dengan Repling dan Flying Fox, serta Demo Pertolongan Henti Jantung/ CPR.

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Apel pagi siaga bencana di BNPB (dok. Blogger)


Konperensi Pers Kepala BNPB bersama jajaran terkait tentang HKB 2018

Setelah sesi simulasi usai sebelum waktu istirahat makan siang dilakukan konperensi pers terkait Hari Kesiapsiagaan Bencana. Kesiapsiagaan yang melekat pada elemen tersebut menjadi pondasi ketangguhan negara terhadap bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai bahwa kesiapsiagaan diri (individu) dan keluarga menjadi begitu penting. Individu sebagai bagian dari keluarga diharapkan memiliki rencana kesiapsiagaan bencana. 

Sehubungan dengan rencana tersebut, Kepala BNPB Willem Rampangilei menyampaikan bahwa kesepakatan pada saat ‘prabencana’ perlu dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga agar mereka lebih siap menghadapi situasi ketika darurat bencana.
 
Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Konpers HKB 2018 (dokpri)
“Masing-masing keluarga perlu menyepakati rencana menghadapi situasi darurat dengan beberapa skenario, karena aksi yang perlu dilakukan bisa menjadi berbeda untuk kondisi yang berbeda. Skenario dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga sesuai jenis bahaya yang mengancam. 

Dalam setiap skenario, disepakati siapa melakukan apa, dan bagaimana caranya,” ucap Willem yang menekan sirine tanda berlangsungnya gladi evakuasi bencana di Graha BNPB sekaligus menandai Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018 pada Kamis (26/4).

Kesiapsiagaan sudah sepatutnya menjadi kesadaran setiap individu sebagai bagian dari keluarga karena wilayah Indonesia rawan bencana. Dalam data BNPB mencatat bahwa 2.372 bencana terjadi sepanjang 2017 dengan mengakibatkan korban meninggal 377 jiwa. 

Dalam konteks kesiapsiagaan itu, BNPB mengharapkan HKB yang dilakukan semua pihak setiap tahun sebagai latihan evakuasi bencana bersama. Latihan evakuasi bencana tersebut merupakan upaya untuk memperkuat kapasitas kesiapsiagaan masyarakat sehingga mereka mengenal ancaman risiko di sekitarnya, mampu mengelola informasi peringatan dini, memahami rambu peringatan, serta mengurangi kepanikan dan ketergesaan saat evakuasi yang biasanya justru menimbulkan korban dan kerugian.

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Pak Willem menuruni 12 lantai dengan alat Repling
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Widjaja menguatkan hal tersebut melalui pembelajaran dari Jepang. Hasil kajian dan survei yang dilakukan di Jepang terhadap kejadian gempa Great Hansin Awaji (1995) menunjukkan bahwa persentase korban selamat dalam durasi waktu emas atau  ‘golden time’ disebabkan oleh (1) Kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 35%, (2) Dukungan anggota keluarga 31,9%, (3) Teman/Tetangga 28,1%, (4) Orang lewat 2,60%, (5) Tim Penolong 1,70%, (6) Lain-lain 0.90%.

“Kesiapsiagaan individu dan keluarga menjadi begitu penting, mengingat faktor yang paling menentukan untuk keselamatan diri dari potensi bencana adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh diri sendiri,” ujar Wisnu saat pelaksanaan HKB 2018 di Graha BNPB.

Berbekal dari melihat kondisi wilayah Indonesia yang rawan bencana serta merefleksikan hasil kajian tersebut, sebuah gerakan aksi bersama diperlukan oleh setiap pihak untuk penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan seluruh komponen bangsa dalam menghadapi potensi bencana di Indonesia. Dalam situasi darurat, pengambilan keputusan secara cepat dapat meningkatkan peluang selamat dan meminimalkan dampak kerugian.

Hari-kesiapsiagaan-bencana-2018
Bapak Wisnu Widjaja ketika menyampaikan hasil kajian dan survei (dokpri)
Menutup pernyataan, Wisnu menekankan bahwa rencana kesiapsiagaan yang disusun harus dikomunikasikan dengan anggota keluarga di rumah, kerabat yang ada dalam daftar kontak darurat, serta mempertimbangkan sistem yang diterapkan lingkungan sekitar dan pihak berwenang. “Bila rencana sudah disepakati, keluarga perlu melakukan simulasi secara berkala agar tidak panik dalam situasi darurat. Dengan informasi yang cukup dan rencana yang telah disepakati sebelum terjadi bencana, diharapkan dapat memperlancar berbagai proses pengambilan keputusan oleh setiap anggota keluarga dalam situasi darurat.”

Melalui HKB 2018, setiap individu dapat membangun kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak. Sementara itu, di beberapa negara telah lebih dulu mempunyai hari atau bulan yang secara khusus untuk melatih kesiapsiagaan masyarakat, seperti di Jepang pada 1 September, Korsel pada bulan Mei dan USA pada bulan September. Total estimasi peserta yang berkomitmen dalam partisipasi HKB melalui latihan evakuasi bencana serentak di seluruh nusantara hingga malam (25/6) pukul 21.00 berjumlah 30.069.804 peserta dari pemerintah, organisasi, sekolah dan keluarga.


Komentar