Sinergi YBM PLN dengan Bidan Cahaya dalam Menjejak Manfaat

Tolak Jadi Target, Melindungi Generasi Muda dari Sasaran Empuk Industri Rokok


Sebuah tatanan baru akan segera kita songsong. Mungkin sebagian malah telah lebih dulu menjalankannya. Ketimbang berpraduga atau mencurigai hal yang belum jelas asal-usulnya alangkah baiknya jika kita mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Toh tak ada salahnya?

"Lebih baik mencegah daripada mengobati", sepenggal kalimat pepatah lama.

Corona nama virusnya, covid-19 penyakit ini dijulukinya. Siapa yang menyangka sih jika hal ini malah menjadi pandemi dan hidup berdampingan dengan kita? Telah berbulan-bulan sejak #dirumahsaja apa saja sih yang telah kita lakukan selain bekerja, belajar dan berkegiatan. Alhamdulillah pula bertepatan dengan bulan suci ramadhan.

Akankah menjadi sia-sia ikhtiar yang telah kita lakukan dengan berpuasa selama kurang lebih 30 hari? Selain menahan lapar dan haus juga membekali diri dengan lebih meningkatkan ketakwaan kepada Illahi Rabbi. Dari segi kesehatan tanpa disadari berpuasa turut pula mendetoksifikasi organ-organ penting dari dalam tubuh secara organik. Termasuk membentengi diri untuk tidak menghisap batang nikotin di jam-jam yang telah ditentukan kecuali memang ingin menyengajakan untuk membatalkan ibadah puasa. Sangat disayangkan bukan?

Seperti diketahui merokok masih menjadi sebuah momok. Kebiasaan yang telah mendarah daging sejak lama bagi penduduk dunia. Sebenarnya akan selalu menjadi masalah yang besar apabila masyarakat terlanjur membiarkan bahkan merelakan paparan asap yang ditimbulkannya selama puluhan bahkan hingga ratusan tahun lamanya berhembus begitu saja di udara.

Padahal kita ketahui bahwa zat yang terkandung di dalamnya seperti tar dan nikotin sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahkan hingga mengancam keselamatan jiwa seseorang. Ngga perlulah berkelit baik perokok yang aktif maupun pasif sama saja. Tidak ada bedanya.

Merokok dapat merusak paru-paru dan organ tubuh lainnya, juga meningkatkan risiko terjangkit berbagai penyakit lain, termasuk coronavirus atau COVID-19 yang lebih parah. Coronavirus merupakan salah satu alasan yang tepat untuk berhenti menggunakan tembakau. Mengapa? Karena dampak COVID-19 dapat lebih parah bagi mereka yang menggunakan tembakau.

Tolak Manipulasi Industri Rokok Menyasar Anak dan Remaja



Ternyata oh ternyata selain bahaya laten merokok dari segi kesehatan yang telah dibeberkan tadi di atas terdapat juga bahaya lain yang tidak kalah lebih serius ditimbulkannya yaitu ancaman bagi generasi muda yang sehat dan produktif.

Nah, Sabtu pekan lalu (30/5) diadakanlah sebuah kegiatan pendahuluan (pre-event) dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei setiap tahunnya. Pada kesempatan tersebut terselenggara pula sebuah web seminar (webinar) yang bertajuk “Membedah Fakta Kebohongan Industri Rokok di era Post-Truth” yang diinisiasi oleh Yayasan Lentera Anak.


Tentunya dengan menghadirkan para narasumber ahli atau pakar di bidangnya masing-masing. Masih dalam balutan suasana PSBB seminar pun dilakukan lewat aplikasi zoom meeting. Pemateri yang mengisi acara webinar dari siang hingga sore hari itu antara lain adalah Mas Mouhamad Bigwanto selaku TIM Focal Point pada Tobbaco Control Policy Support in Indonesia SEATCA (South East Asia Tobacco Control Alliance), Mbak Kiki Soewarso sebagai Communication Specialist pada Tobacco Control Support Center (TCSC – IAKMI) dan Kak Hariyadi yang menjadi Data & Analyst Officer Lentera Anak dimana sering terlibat dalam sejumlah kempen di Lentera Anak. Serta tak lupa puluhan partisipan yang menyimak jalannya kegiatan dari awal hingga akhir acara.

Kalian tahu ngga kenapa industri rokok sangat gencar menyasar anak muda sebagai target pemasaran produknya?

Hal ini disebabkan karena industri rokok setiap tahun kehilangan sebanyak 240.618 pelanggan setianya karena meninggal dunia. Angka ini sudah setara dengan 668 orang setiap harinya. Miris ya?

Jadi industri rokok sangat berkepentingan terhadap anak muda untuk menjamin keberlangsungan roda usaha mereka. Sebab anak muda merupakan ceruk pasar masa depan dari industri rokok.

Lalu bagaimana sih strategi industri rokok dalam memasarkan rokok untuk menjebak anak muda menjadi perokok? Tanpa kita sadari banyak terjadi manipulasi industri rokok dalam berbagai bentuk lho di antaranya adalah:

Pertama, industri rokok mengeluarkan triliunan rupiah setiap tahunnya untuk membuat iklan rokok, mempromosikan dan memberi sponsor rokok.

Kedua, industri rokok menjual gaya hidup anak muda yang gaul, keren, gemar bertualang dan macho dalam pesan-pesan iklannya.

Ketiga, industri rokok mensponsori figur publik dan influencer untuk menggaet para penggemar fanatik dan para pengikut (followers) mereka yang utamanya adalah anak muda.

Keempat, industri rokok mensponsori konser musik, event olahraga dan film yang bertemakan anak muda.

Kelima, sebanyak 85% sekolah di lima kota di Indonesia dikelilingi oleh iklan rokok dengan jumlah pengiklan sebanyak 30 merek (sumber: monitoring iklan rokok oleh Yayasan Lentera Anak, Smoke Free Agents dan YPMA, 2015).

Keenam, industri rokok mempromosikan harga murah rokok dalan bentuk ketengan melalui baliho, banner, dan spanduk di jalan protokol, depan minimarket dan toko sembako atau warung-warung kecil.

Ketujuh, SPG rokok berjualan di lokasi yang banyak didatangi anak muda dan tidak jarang membagikan rokok secara gratis.
Pada usia remaja memiliki sifat khas yakni rasa ingin tahu yang besar, ingin mencoba hal baru, mudah terpengaruh lingkungannya, dan berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan matang. Mereka mudah dan rentan dipengaruhi dengan stimulan-stimulan media. Godaan iklan rokok sebagai produk yang keren, gaul, dan macho, menanamkan pesan di benak remaja bahwa rokok hal yang normal dan baik.

Media daring yang sering diakses para remaja seperti Youtube, Instagram, website berita secara masif digunakan oleh industri rokok untuk menempatkan iklannya. Sangat mungkin algoritma yang digunakan media daring sudah dipetakan oleh para pengiklan rokok.

Remaja yang merokok, akan tetap merokok setelah melihat iklan rokok di media daring. Sementara yang tidak merokok tampak ada kemungkinan (besar) untuk merokok setelah melihat iklan alias terpengaruh dari paparan iklan rokok tersebut.

Sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai dimana Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2020 bertemakan “Lindungi Kaum Muda dari Manipulasi Industri dan Cegah dari Konsumsi Rokok dan Nikotin”.

Jadi pada hakikatnya marilah bersama-sama kita hindari rokok mulai dari sekarang dan untuk selamanya! Selagi belum terlambat anak muda harus paham betul mereka adalah target industri rokok sehingga harus berani melawan cengkeraman setan industri rokok.

Oleh sebab itulah pentingnya mengedukasi remaja dan anak muda  tentang niat dan jerat taktik industri rokok misalnya dengan memberdayakan influencer untuk bergaya hidup sehat (healthy lifestyle). 
Sumber: p2ptm.kemkes.go.id
Generasi muda harus bersatu padu dan katakan NO pada Rokok dan Tembakau! Arahkan dan fokus untuk beraktivitas fisik serta berpedoman pada perilaku CERDIK. Salam Germas!

Komentar