Sinergi YBM PLN dengan Bidan Cahaya dalam Menjejak Manfaat

Mempromosikan Kembali Pangan Lokal Cetak Generasi Emas Indonesia Bebas Stunting

 

Panganan Lokal Khas Indonesia (sumber: MielPhotos2008)

Seperti diketahui setiap tanggal 25 Januari, masyarakat Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional. Pada peringatan Hari Gizi Nasional ke-62 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan  RI pada 3 Februari 2022 secara virtual lewat sesi webinar yang disaksikan via Zoom dan YouTube, mengangkat tema “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”. Kedua hal ini ternyata masih menjadi permasalahan dunia dan penting bagi seluruh keluarga Indonesia untuk memahaminya serta menerapkan pola makan teratur dan sehat dengan gizi seimbang.

Tema tersebut diambil karena dilatarbelakangi oleh upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menghadapi tantangan akibat stunting dan obesitas. Seperti yang telah dijelaskan oleh pihak Kemenkes, definisi stunting adalah adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Gangguan ini menimbulkan masalah pada pertumbuhan yang menyebabkan tinggi badan sang anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari rata-rata teman-teman seusianya.

Masalah stunting dapat diatasi dengan melakukan berbagai langkah pencegahan, salah satunya adalah dengan memenuhi kecukupan gizi pada usia kehamilan. Pada masa menyusui, seorang ibu pun perlu memberikan asi eksklusif sampai bayi berusia enam bulan.

Selain itu, pemantauan kondisi gizi anak juga harus diperhatikan agar apabila terlihat tanda-tanda ketidaknormalan bisa langsung segera diatasi. Terakhir, kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal tak boleh luput dari perhatian. Lingkungan yang tidak sehat bisa menimbulkan penyakit yang dapat memicu masalah pada ketercukupan gizi anak.

Berbeda dengan stunting, obesitas sendiri merupakan kondisi penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Peningkatan angka obesitas umumnya dikaitkan dengan asupan makanan dengan energi yang melebihi kebutuhan harian.

Obesitas tidak boleh dianggap remeh karena dapat membahayakan kesehatan. Ada banyak risiko penyakit yang dapat dialami seseorang yang mengalami masalah obesitas. Sebut saja seperti penyakit jantung, diabetes melitus, hingga tekanan darah tinggi.

Masalah obesitas sebenarnya dapat diatasi dengan melakukan pola hidup sehat. Hal utama untuk memerangi obesitas adalah melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari. Selain itu, upaya-upaya lain guna mengatasi obesitas seperti mengurangi makan berlebih, mengonsumsi buah dan sayur, mengurangi jenis makanan yang tinggi akan gula, garam, dan minyak, serta mengatur pola istirahat dengan baik.

Kondisi saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga terjadi stunting. Asupan gizi yang baik didapatkan dari makanan yang tepat sesuai yang tersedia di daerah masing-masing. Gizi yang baik adalah pondasi penting bagi seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama bagi mereka yang tumbuh dan berkembang di lingkungan rentan.

Hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang. Upaya strategis yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi terutama stunting dimulai dengan deteksi dini. Kegiatan dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara rutin di Posyandu.



Penguatan promosi pemberian makanan bayi dan anak mencakup inisiasi menyusui eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan sampai dengan 2 tahun. Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani sejak anak berusia 6 bulan yang mana sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Lalu pangan seperti apa yang dapat mencegah stunting? Pencegahan stunting harus diawali dengan prinsip pencegahan, yakni mencegah sedini mungkin. Artinya remaja sehat bergizi baik kemudian calon pengantin yang sehat dan bergizi baik merupakan langkah awal mencegah anak stunting.

Pencegahan stunting dimulai dari porsi isi piring dengan kandungan gizi seimbang, salah satunya untuk pembentukan kolagen bagi kebutuhan tulang rawan. Tetapi secara umum kalau sudah makan 3 jenis lauk pauk setiap hari maka semua kebutuhan asam amino esensial untuk pembentukan kolagen pun sudah terpenuhi.

Kandungan gizi seimbang bisa didapatkan dari pangan yang banyak beredar di masyarakat. Untuk ibu hamil atau sebelum bayi lahir pangan yang dianjurkan setiap kali makan adalah ikan minimal 4 kali seminggu dengan porsi minimal 75 gr – 100 gr, 1-2 butir telur sehari, susu, pangan hewani, dan lauk pauk.

Sementara itu pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI, berbagai MP ASI, telur setelah 1 tahun 1 butir sehari kalau setelah 6 bulan antara setengah sampai satu butir telur sehari, kemudian diberi susu pertumbuhan, pangan hewani, dan lauk pauk.

Berdasarkan Permenkes nomor 41 tahun 2014 yang tergolong ke dalam pangan gizi seimbang, antara lain:

Sumber: Tanoto Foundation


  1. Bagi ibu hamil: makan pagi terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, gula 1 porsi, lemak 1 porsi, dan air putih atau air mineral 2 porsi. Kemudian makanan selingan pagi yaitu makanan pokok 1/2 porsi, buah 1 porsi, dan air minum 1 porsi. Untuk makan siang terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 2 porsi, buah 1 porsi, lemak 2 porsi, dan air putih 2 porsi. Untuk makanan selingan siang terdiri dari makanan pokok ½ porsi, gula 1 porsi, air putih 1 porsi. Selanjutnya untuk makan malam terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, lemak 1 porsi, susu 1 porsi, air minum 2 porsi.

Satu porsi makanan pokok seperti nasi sebanyak 100 gr atau 1 piring sedang dan dapat diganti dengan ubi jalar kuning 1 buah ukuran sedang atau 135 gr. Lauk hewani merupakan 1 porsi ikan pepes 45 gr atau 1 potong ukuran sedang. Lauk hewani bisa diganti dengan daging ayam 1 potong ukuran sedang 40 gr. Lauk nabati bisa dengan 1 porsi tempe goreng 50 gr atau 1 potong ukuran sedang. Lauk nabati dapat diganti dengan tahu 2 potong ukuran sedang 100 gr. Untuk sayuran bisa dengan 1 porsi sayur bayam 100 gr sebanyak 1 mangkok kecil atau dapat diganti dengan kacang panjang 1 gelas sayuran 100 gr. Kebutuhan buah bisa dengan 1 porsi pisang ambon 50 gr atau 1 buah pisang ukuran sedang, dapat diganti dengan jeruk manis 1 buah ukuran sedang sebanyak 100 gr. Selanjutnya untuk minuman terdiri dari 1 porsi susu atau air putih satu gelas 250 ml.

  1. Bagi bayi: usia 0 – 24 bulan harus diberi ASI, bayi pada usia 6 – 9 bulan mulai diberi MP ASI berupa makanan lumat, pada usia 9 – 12 bulan diberi MPASI makanan lembek. Pada usia 12 – 24 bulan mulai diberi makanan keluarga. Frekuensi makan bagi bayi per hari usia 6 – 9 bulan sebanyak 2 – 3 kali makanan lumat + 1 – 2 kali makanan selingan ditambah ASI. Jumlah setiap kali makan terdiri dari 2 – 3 sendok makan penuh setiap kali makan dan tingkatkan secara perlahan sampai setengah dari cangkir mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan. Pada usia 9 – 12 bulan diberi 3 – 4 kali makanan lembek + setengah kali makanan selingan ditambah ASI. Porsi makanan sebanyak setengah mangkuk ukuran 250 ml. Selanjutnya untuk bayi usia 12 – 24 bulan sebanyak 3 – 4 kali makanan keluarga ditambah 1 – 2 kali makanan selingan plus ASI. Jumlah setiap kali makan sebanyak ¾ mangkuk ukuran 250 ml.


Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pengingat atau reminder bagi kita baik apalagi di masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi. Hal yang lebih penting lagi, kegiatan ini kembali menegaskan tujuan untuk meningkatkan komitmen dan mempererat kerja sama seluruh elemen bangsa untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui perbaikan gizi masyarakat.

Pada hari Gizi Nasional tahun ini memiliki tujuan, yaitu untuk menyebarluaskan informasi dan promosi kepada masyarakat tentang pentingnya pelayanan gizi spesifik dan sensitif untuk pencegahan masalah gizi ganda, meningkatkan peran media massa dalam kampanye pencegahan masalah gizi ganda sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, meningkatkan komitmen dan kerja sama antara pemerintah baik sektor kesehatan maupun non kesehatan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten atau kota, serta swasta dalam kesehatan dan gizi.

Dengan gizi yang tercukupi dan juga seimbang, kesehatan tubuh dapat lebih terjaga sehingga berdampak pada peningkatan kualitas SDM yang lebih maksimal. Hari Gizi Nasional adalah sebuah momentum untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya penerapan gizi seimbang guna kualitas kesehatan yang lebih baik. 

 

Komentar